Prospek Saham Emiten CPO SSMS Hingga AALI di Tengah Konflik Iran Vs Israel
Prospek Saham Emiten CPO SSMS Hingga AALI di Tengah Konflik Iran Vs Israel
Ketegangan geopolitik antara Iran dan Israel yang terus memanas sejak awal tahun 2025
memberikan dampak signifikan terhadap pasar global, termasuk pasar komoditas dan saham di Indonesia.
Salah satu sektor yang menjadi sorotan adalah sektor crude palm oil (CPO), yang dinilai berpotensi diuntungkan dari kondisi tersebut.
Beberapa saham emiten CPO seperti PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) dan
PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) mulai dilirik kembali oleh investor karena potensi naiknya
harga komoditas CPO seiring terganggunya rantai pasok minyak nabati global.
Konflik Iran-Israel dan Dampaknya pada Komoditas Global
Konflik bersenjata yang melibatkan dua negara Timur Tengah ini memicu kekhawatiran pasar akan terganggunya pasokan minyak dunia.
Sebagai dampaknya, harga energi seperti minyak mentah melonjak tajam. Ketika harga minyak dunia meningkat
efek domino pun terasa pada harga minyak nabati, termasuk minyak kelapa sawit, sebagai alternatif sumber energi dan pangan.
Sejumlah negara pengimpor mulai menahan ekspor, dan pasokan minyak nabati menjadi lebih terbatas.
Situasi ini menciptakan peluang bagi negara produsen sawit seperti Indonesia dan Malaysia untuk mengisi kekosongan pasar, yang secara langsung berpotensi meningkatkan harga jual CPO di pasar internasional.
Kinerja Emiten CPO: SSMS dan AALI
PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS)
SSMS merupakan salah satu produsen CPO terkemuka dengan basis perkebunan di Kalimantan Tengah. Perusahaan ini mencatat pertumbuhan kinerja yang stabil sepanjang kuartal pertama 2025. Jika tren kenaikan harga CPO berlanjut, SSMS berpeluang mencatat peningkatan margin keuntungan yang lebih tinggi di kuartal berikutnya.
Secara teknikal, saham SSMS juga menunjukkan pola rebound dalam beberapa pekan terakhir, mengindikasikan adanya potensi penguatan lebih lanjut seiring sentimen positif di pasar komoditas.
PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI)
AALI sebagai anak usaha dari Astra Group memiliki skala bisnis yang lebih luas dan jaringan distribusi yang solid.
Dengan diversifikasi produk, efisiensi operasional, dan teknologi produksi yang semakin maju, AALI diyakini memiliki daya tahan lebih tinggi terhadap fluktuasi geopolitik global.
Meski sempat mengalami tekanan akibat cuaca ekstrem dan biaya logistik yang tinggi, AALI tetap mempertahankan fundamental bisnis yang sehat. Dengan harga jual CPO yang lebih tinggi, AALI diperkirakan akan mencetak pemulihan pendapatan dan laba bersih secara bertahap.
Sentimen Investor dan Proyeksi Analis
Sejumlah analis pasar modal memproyeksikan bahwa saham sektor CPO memiliki
peluang menguat dalam jangka pendek hingga menengah, khususnya jika konflik di Timur Tengah
terus memengaruhi rantai pasok global. Selain SSMS dan AALI, beberapa saham lain seperti LSIP (London Sumatra) dan TBLA (Tunas Baru Lampung) juga disebut potensial untuk dikoleksi.
Meski begitu, investor tetap diingatkan untuk mewaspadai volatilitas pasar yang tinggi akibat ketidakpastian
geopolitik. Perlu diperhatikan pula faktor lain seperti kebijakan ekspor pemerintah, kondisi cuaca
dan fluktuasi nilai tukar rupiah yang dapat mempengaruhi harga jual dan biaya produksi emiten CPO.
Peluang dan Risiko
Peluang:
-
Potensi naiknya harga CPO global akibat krisis geopolitik
-
Peningkatan permintaan dari negara-negara pengimpor besar seperti India, Tiongkok, dan Pakistan
-
Margin keuntungan lebih tinggi karena efisiensi dan harga jual meningkat
Risiko:
-
Fluktuasi harga energi dan nilai tukar
-
Kebijakan ekspor CPO dari pemerintah
-
Sentimen ESG (Environmental, Social, and Governance) yang bisa memengaruhi permintaan global terhadap produk berbasis sawit
Baca juga: Tampang Anak Tak Tahu Diri yang Aniaya Ibu di Bekasi hingga Tersungkur
Penutup
Ketegangan antara Iran dan Israel memang menimbulkan kekhawatiran global, namun di sisi lain, juga membuka
peluang strategis bagi sektor komoditas seperti CPO. Emiten seperti SSMS dan AALI memiliki
posisi yang cukup kuat untuk memanfaatkan momentum kenaikan harga komoditas dengan tetap mengelola risiko secara bijak.
Post Comment