Berapa Harga Properti Residensial Triwulan 2025 Tumbuh Terbatas
Berapa Harga Properti Residensial Triwulan 2025 Tumbuh Terbatas mengungkapkan bahwa laju pertumbuhan harga properti residensial di pasar primer pada kuartal pertama tahun 2025 mengalami perlambatan.
Indikator utama yang mencerminkan dinamika ini adalah Indeks Harga Properti Residensial (IHPR), yang mencatat pertumbuhan tahunan (year-on-year/yoy) sebesar 1,07 persen. Angka ini tercatat lebih rendah dibandingkan dengan periode triwulan IV 2024 yang mencatatkan pertumbuhan sebesar 1,39 persen (yoy).
Hal tersebut diungkapkan oleh Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Ramdan Denny Prakoso, dalam keterangan resminya di Jakarta pada Selasa (7/5). Ia menyampaikan bahwa kinerja pasar properti residensial masih menunjukkan pertumbuhan positif meski dalam kisaran yang terbatas, seiring dengan sejumlah dinamika pasar yang terjadi di awal tahun.
Berapa Harga Properti Residensial Triwulan 2025
Salah satu faktor utama yang memengaruhi perlambatan IHPR adalah adanya perubahan pola permintaan dari konsumen terhadap tipe rumah. Berdasarkan hasil survei, permintaan terhadap rumah tipe kecil justru menunjukkan pemulihan yang signifikan pada triwulan I 2025. Penjualan rumah kategori ini mencatat pertumbuhan sebesar 21,75 persen secara tahunan, setelah pada triwulan sebelumnya mengalami kontraksi cukup dalam sebesar 23,70 persen (yoy).
Kebangkitan permintaan pada rumah tipe kecil disinyalir menjadi indikator bahwa segmen pasar menengah ke bawah masih memiliki potensi permintaan yang kuat. Faktor harga yang relatif lebih terjangkau serta ketersediaan fasilitas pembiayaan yang lebih mudah turut menjadi daya tarik tersendiri bagi segmen ini.
Di sisi lain, penjualan rumah tipe menengah dan besar masih menunjukkan tren penurunan. Survei Bank Indonesia mencatat bahwa penjualan rumah tipe menengah pada triwulan I 2025 mengalami kontraksi sebesar 35,76 persen (yoy), sedangkan rumah tipe besar tercatat turun sebesar 11,69 persen (yoy). Kontraksi ini disinyalir akibat adanya tekanan terhadap daya beli kelompok menengah ke atas, serta meningkatnya kehati-hatian konsumen dalam mengambil keputusan investasi jangka panjang di tengah situasi ekonomi global yang belum sepenuhnya stabil.
Secara umum, total penjualan unit properti residensial di pasar primer berhasil tumbuh sebesar 0,73 persen secara tahunan. Kinerja ini mengalami perbaikan signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya, di mana penjualan mengalami kontraksi sebesar 15,09 persen (yoy). Angka ini menunjukkan bahwa pasar properti mulai mengalami pemulihan secara bertahap meskipun belum merata di seluruh segmen.
BI menilai bahwa peningkatan ini juga didukung oleh berbagai kebijakan pemerintah dan stimulus sektor properti, seperti insentif pajak pertambahan nilai (PPN) dan keringanan biaya administrasi untuk rumah pertama. Namun demikian, efektivitas dari insentif tersebut tampaknya masih lebih dirasakan oleh pasar rumah murah dibandingkan rumah menengah dan besar.
Struktur Pembiayaan Properti
Survei Bank Indonesia juga menyoroti aspek pendanaan dalam pengembangan dan pembelian properti residensial. Dari sisi pengembang, mayoritas pembangunan rumah di pasar primer masih dibiayai menggunakan dana internal perusahaan, dengan kontribusi sebesar 77,28 persen terhadap total pembiayaan.
Sumber pembiayaan lain yang digunakan pengembang meliputi pinjaman perbankan sebesar 16,62 persen dan pembayaran dari konsumen (booking fee, down payment) sebesar 6,10 persen. Komposisi ini menunjukkan bahwa pengembang masih cenderung konservatif dalam mengambil risiko pembiayaan eksternal, sekaligus menandakan perlunya alternatif pendanaan yang lebih inklusif dan beragam bagi sektor properti.
Sementara itu, dari sisi konsumen, skema Kredit Pemilikan Rumah (KPR) tetap menjadi metode utama dalam pembelian unit hunian. Skema pembiayaan ini mencakup 70,68 persen dari total transaksi pembelian rumah di pasar primer. Sedangkan pembelian secara tunai bertahap dan pembayaran lunas (cash keras) masing-masing menyumbang 19,53 persen dan 9,79 persen.
Dari keseluruhan hasil survei, Bank Indonesia menilai bahwa pasar properti residensial masih menghadapi sejumlah tantangan, terutama terkait dengan pergeseran pola permintaan serta keterbatasan akses pembiayaan. Di sisi lain, peluang tetap terbuka, terutama dalam pengembangan hunian tipe kecil yang memiliki daya serap tinggi, khususnya dari kalangan milenial dan keluarga muda.
Ramdan Denny Prakoso menyampaikan bahwa peran sektor properti sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi domestik masih sangat penting. Oleh karena itu, koordinasi antara pelaku industri, lembaga pembiayaan, dan pemerintah pusat maupun daerah perlu terus diperkuat untuk menciptakan ekosistem properti yang sehat dan berkelanjutan.
“Bank Indonesia akan terus memantau dinamika di sektor properti residensial secara berkala serta menyiapkan bauran kebijakan yang mendukung stabilitas pasar keuangan dan pemulihan ekonomi nasional secara keseluruhan,” tegasnya.
Penutup
Sebagai salah satu sektor strategis dalam perekonomian nasional, pasar properti residensial diharapkan tetap tumbuh dengan sehat di tengah tantangan ekonomi global. Pemulihan penjualan rumah tipe kecil menjadi sinyal positif bahwa ada segmentasi pasar yang masih bergerak aktif dan membutuhkan perhatian dari seluruh pemangku kepentingan, termasuk dalam hal kemudahan pembiayaan dan penyediaan suplai yang sesuai kebutuhan masyarakat.
Baca Juga : Pendapatan Rp 14 Juta Tak Halangi Akses ke Program Rumah Subsidi
Post Comment