Bukan 18 Meter Persegi, Rumah Subsidi Bakal Dirancang Hashim Mulai 36 Meter Persegi
Bukan 18 Meter Persegi, Rumah Subsidi Bakal Dirancang Hashim Mulai 36 Meter Persegi
Pemerintah berencana merevolusi standar rumah subsidi di Indonesia.
Jika sebelumnya luas rumah subsidi hanya berkisar 18 meter persegi, kini ada wacana baru yang akan mengubah total wajah hunian rakyat kecil.
Tokoh penting di balik rencana ini adalah Hashim Djojohadikusumo, yang menyampaikan gagasannya untuk menaikkan standar luas rumah subsidi menjadi 36 meter persegi.

Latar Belakang Rumah Subsidi 18 Meter Persegi
Selama ini, rumah subsidi dengan luas 18 meter persegi menjadi solusi perumahan murah bagi masyarakat berpenghasilan rendah.
Namun, ukuran tersebut kerap dikritik karena terlalu sempit dan kurang layak untuk dihuni oleh keluarga.
Beberapa pihak menyebut rumah dengan luas seperti itu lebih menyerupai “kamar” dibandingkan hunian keluarga.
Permasalahan sanitasi, pencahayaan, hingga sirkulasi udara menjadi keluhan umum di rumah subsidi berukuran kecil.
Hashim Usulkan Perubahan Signifikan
Hashim Djojohadikusumo, tokoh ekonomi sekaligus adik dari Presiden terpilih Prabowo Subianto, menyampaikan bahwa sudah saatnya masyarakat menerima hunian yang lebih manusiawi.
Ia mengusulkan agar rumah subsidi dirancang ulang dengan ukuran mulai dari 36 meter persegi.
Menurutnya, desain ini tetap bisa masuk dalam skema pembiayaan subsidi jika dilakukan efisiensi dalam material dan pengadaan lahan.
“Dengan ukuran tersebut, warga bisa tinggal lebih nyaman dan punya ruang untuk berkembang,” ujar Hashim dalam sebuah wawancara publik baru-baru ini.
Alasan Di Balik Perluasan Ukuran Rumah
Menurut Hashim, beberapa alasan utama di balik perluasan ukuran rumah subsidi antara lain:
-
Kesehatan keluarga: Ruang lebih luas akan meningkatkan kualitas udara, cahaya, dan sanitasi.
-
Kebutuhan ruang keluarga: Banyak keluarga tidak hanya terdiri dari dua orang, tetapi bisa mencapai 4–5 orang.
-
Investasi jangka panjang: Rumah yang layak akan mendorong nilai ekonomi dan sosial bagi penghuninya.
Tantangan Implementasi di Lapangan
Meski usulan ini mendapat banyak dukungan, tantangan pun tidak sedikit. Beberapa pengembang properti menyoroti persoalan harga tanah yang semakin tinggi, terutama di kota-kota besar.
Dengan ukuran 36 meter persegi, maka biaya konstruksi dan harga tanah harus ditekan secara efisien agar tidak membebani masyarakat.
Hashim menekankan pentingnya kerja sama antara pemerintah pusat, daerah, dan swasta dalam menyukseskan proyek rumah subsidi yang lebih luas dan layak ini.
Pemerintah perlu memberikan kemudahan perizinan dan insentif fiskal agar proyek berjalan optimal.
Dukungan dari Kalangan Pemerhati Hunian
Sejumlah arsitek dan pemerhati perumahan menyambut baik gagasan ini. Menurut mereka, rumah 36 meter persegi merupakan ukuran minimal yang manusiawi untuk hidup layak.
Beberapa menyarankan desain rumah tumbuh, yaitu bangunan yang dapat diperluas secara bertahap oleh pemiliknya seiring waktu.
Dengan pendekatan ini, rumah subsidi bisa berfungsi sebagai fondasi awal yang fleksibel untuk masa depan keluarga.
Harapan Masyarakat Terhadap Rumah Subsidi Baru
Di lapangan, masyarakat juga menaruh harapan besar terhadap perubahan ini. Banyak yang merasa terbebani dengan rumah kecil yang tak mampu menampung seluruh kebutuhan hidup.
Jika rumah subsidi mulai dirancang dari 36 meter persegi, maka kualitas hidup warga akan meningkat, terutama di daerah padat penduduk.
Selain itu, rumah dengan ukuran lebih besar juga bisa meningkatkan rasa memiliki dan tanggung jawab terhadap properti, sehingga mendorong perawatan dan keberlanjutan hunian.
Penutup: Transformasi Hunian Rakyat Dimulai
Gagasan Hashim Djojohadikusumo tentang transformasi rumah subsidi menjadi 36 meter persegi dapat menjadi tonggak sejarah baru dalam penyediaan hunian layak di Indonesia.
Jika diwujudkan dengan perencanaan matang dan dukungan multi pihak, program ini berpotensi membawa dampak sosial yang sangat besar bagi jutaan rakyat Indonesia.
Pemerintah kini dihadapkan pada tantangan nyata: menjadikan mimpi rumah layak huni sebagai kenyataan, bukan sekadar janji kampanye.
Dengan visi yang jelas dan kemauan politik yang kuat, masa depan rumah subsidi yang lebih baik bukanlah sesuatu yang mustahil.
Baca juga: Alter Ego Ares Runner-up PMSL SEA 2025, Lolos ke PMWC!
Post Comment