Dibuka Melemah Usai RI Kena 32% Tarif Trump, Saham BBCA, BMRI, hingga BREN Memerah
Dibuka Melemah Usai RI Kena 32% Tarif Trump, Saham BBCA, BMRI, hingga BREN Memerah
Pasar modal Indonesia kembali diguncang oleh sentimen eksternal setelah mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump
mengumumkan rencana penerapan tarif 32% terhadap produk-produk ekspor dari Indonesia jika ia kembali menjabat.
Meski belum resmi diterapkan, pernyataan ini langsung menimbulkan efek domino terhadap kepercayaan pelaku pasar.
Bursa Efek Indonesia (BEI) pada perdagangan hari ini, 9 Juli 2025, dibuka dengan pelemahan.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) langsung terkoreksi pada awal sesi, turun ke level 6.861 atau melemah 0,06%.
Sentimen negatif global ini menyulut aksi jual di berbagai sektor, terutama sektor perbankan dan energi.
Dibuka Melemah Usai RI Kena 32% Tarif Trump, Saham BBCA, BMRI, hingga BREN Memerah
Sejumlah saham unggulan yang selama ini menjadi andalan investor institusi dan ritel ikut terdampak tekanan global tersebut.
Saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) turun sekitar 1,2% dalam satu jam pertama perdagangan.
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) juga ikut terkoreksi, mencatatkan penurunan sebesar 0,9%.
Sementara itu, saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), yang belakangan ini menjadi sorotan karena pertumbuhannya yang impresif di sektor energi terbarukan, ikut memerah hingga 1,8%.
Koreksi ini menandakan kekhawatiran investor terhadap prospek ekspor Indonesia, serta potensi dampaknya terhadap profitabilitas korporasi nasional, khususnya yang memiliki keterkaitan dengan pasar Amerika.
Tarif AS Dinilai Overreaktif, Tapi Berisiko Menekan Fundamental Ekonomi RI
Sejumlah analis menilai bahwa pernyataan Trump mengenai penerapan tarif 32% merupakan langkah proteksionis yang sangat agresif dan overreaktif. Meski statusnya masih berupa wacana kampanye, namun tetap memberikan tekanan terhadap pasar negara berkembang, termasuk Indonesia.
Indonesia dikenal sebagai negara eksportir utama untuk produk tekstil, karet, elektronik, dan komoditas pertanian ke Amerika Serikat.
Jika tarif ini benar-benar diberlakukan, maka akan memicu peningkatan biaya logistik dan penurunan daya saing produk ekspor RI di pasar AS.
Hal ini dikhawatirkan dapat menekan neraca perdagangan dan memperlemah nilai tukar rupiah, yang pada akhirnya memengaruhi sentimen pasar saham dan daya beli domestik.
Investor Asing Mulai Kurangi Eksposur di Pasar Indonesia
Dalam laporan transaksi perdagangan hari ini, investor asing tercatat mulai melakukan aksi jual bersih (net sell) di pasar reguler.
Meski skalanya belum besar, hal ini menunjukkan adanya kecemasan jangka pendek terhadap stabilitas kebijakan global dan dampaknya terhadap kawasan ASEAN, termasuk Indonesia.
Sektor-sektor yang paling terkena imbas adalah perbankan, komoditas, dan infrastruktur, mengingat ketiganya sangat bergantung pada pertumbuhan makroekonomi dan stabilitas perdagangan internasional.
Sementara itu, sektor teknologi dan konsumer cenderung bertahan, meskipun sebagian besar saham tetap mengalami tekanan harga.
Pemerintah Diminta Ambil Sikap Diplomatik Proaktif
Pengamat ekonomi menyarankan agar pemerintah Indonesia segera mengambil langkah diplomatik yang proaktif untuk merespons wacana tarif Trump tersebut. Langkah-langkah strategis seperti perundingan dagang bilateral, penguatan kemitraan strategis dengan mitra dagang non-AS, dan penguatan pasar domestik harus segera ditempuh.
“Pemerintah tidak boleh menunggu sampai tarif benar-benar diberlakukan.
Harus ada komunikasi langsung dengan pemerintah AS untuk menegosiasikan posisi Indonesia,” ujar seorang analis dari lembaga riset pasar modal di Jakarta.
Penutup: Ketidakpastian Global Masih Bayangi IHSG
Kondisi hari ini menunjukkan bahwa pasar keuangan sangat sensitif terhadap isu-isu geopolitik dan kebijakan proteksionis.
Meski pernyataan Donald Trump belum menjadi kebijakan resmi, namun dampaknya terhadap psikologi pasar cukup signifikan.
Saham-saham unggulan seperti BBCA, BMRI, dan BREN menjadi contoh bagaimana investor bereaksi cepat terhadap potensi risiko global.
Ke depan, pelaku pasar akan terus mencermati dinamika politik AS dan sikap pemerintah Indonesia dalam menyikapi tekanan dagang tersebut.
IHSG diprediksi masih akan mengalami fluktuasi dalam beberapa hari ke depan, tergantung pada kejelasan sikap kedua negara serta kestabilan indikator makroekonomi domestik.
Baca juga: 2 Pria Pakai Baju BNN dan Bawa Pistol Mainan untuk Gaya-gayaan
Post Comment