Loading Now

Kronologi Penembakan Pelajar SMK di Kota Semarang

Kronologi Penembakan Pelajar

Kronologi Penembakan Pelajar SMK di Kota Semarang Pada Minggu, 3 September 2024, sekitar pukul 01.00 WIB, terjadi insiden penembakan yang melibatkan
seorang anggota kepolisian, Aipda RZ, terhadap tiga pelajar SMK Negeri 4 Semarang di area Perumahan Paramount, Semarang Barat.

Akibatnya, salah satu pelajar berinisial GR (17) meninggal dunia, sementara dua lainnya, S (16) dan A (17), mengalami luka tembak namun selamat.

Kronologi Kejadian Penembakan Pelajar

Penembakan Siswa SMK di Semarang, Polisi Lakukan Pra-Rekonstruksi, Ada Fakta Baru? - JPNN.com Jateng

Kronologi Peristiwa kejadian bermula saat Aipda RZ melintas di lokasi dan mendapati adanya tawuran antar geng remaja. Upaya polisi untuk melerai bentrokan tersebut berujung pada penembakan.

Kapolrestabes Semarang, Kombes Pol Irwan Anwar, menjelaskan bahwa penembakan dilakukan setelah polisi diserang oleh salah satu kelompok yang terlibat tawuran.

Akibatnya, GR tertembak di bagian pinggul dan meninggal dunia, sementara S dan A mengalami luka tembak di dada dan tangan.

Pihak SMK Negeri 4 Semarang menyatakan bahwa GR dikenal sebagai siswa berprestasi dan anggota Paskibra sekolah.

Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan, Agus Riswantini, menegaskan bahwa GR dan dua pelajar lainnya bukan anggota geng dan tidak pernah terlibat dalam aktivitas kriminal.

Keluarga korban juga membantah tuduhan bahwa GR terlibat dalam tawuran atau merupakan anggota geng. Kerabat korban menegaskan bahwa GR tidak memiliki atribut atau tanda yang menunjukkan keterlibatan dalam dunia geng.

Tindakan Kepolisian

Polda Jawa Tengah telah menahan Aipda RZ dan menempatkannya dalam penempatan khusus selama 20 hari untuk pemeriksaan lebih lanjut
Kabid Humas Polda Jawa Tengah, Kombes Pol. Artanto, menyatakan bahwa Aipda RZ akan menjalani sidang etik atas tindakan yang dianggap berlebihan.

Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) menyoroti pentingnya pengendalian senjata api dan penerapan pendekatan humanis dalam kepolisian menyusul kasus ini.

Anggota Kompolnas, Muhammad Choirul Anam, menilai insiden ini menjadi peringatan serius bagi institusi kepolisian untuk memperketat prosedur penggunaan senjata
dan mengedepankan langkah preventif dalam menangani konflik sosial, khususnya di kalangan remaja.

Kasus ini menyoroti pentingnya penegakan hukum yang adil dan profesional, serta perlunya pendekatan yang lebih humanis dalam menangani konflik sosial di masyarakat.

Post Comment

saya bukan robot *Time limit exceeded. Please complete the captcha once again.

You May Have Missed