BMKG Catat Terjadi 534 Gempa Selama 27 Maret-7 April 2025
BMKG Catat Terjadi 534 Gempa Selama 27 Maret-7 April 2025
Indonesia kembali menunjukkan aktivitas geologi yang tinggi. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat telah terjadi 534 kali gempa bumi dalam kurun waktu 27 Maret hingga 7 April 2025. Angka ini mencerminkan dinamika tektonik aktif di wilayah Indonesia yang berada di jalur Cincin Api Pasifik (Ring of Fire)—zona tumbukan lempeng yang memang dikenal sebagai kawasan rawan gempa.
Dalam laporan resmi yang dirilis BMKG, gempa-gempa tersebut tersebar di berbagai wilayah, mulai dari wilayah barat Indonesia seperti Sumatra, hingga kawasan timur seperti Maluku dan Papua. Meskipun sebagian besar gempa berskala kecil dan tidak dirasakan, beberapa di antaranya terjadi dalam kedalaman dangkal dan menimbulkan kepanikan warga.

BMKG Catat Terjadi 534 Gempa Selama 27 Maret-7 April 2025
Dari total 534 kejadian, BMKG mengklasifikasikan gempa berdasarkan kekuatan dan kedalamannya sebagai berikut:
-
Gempa dengan Magnitudo < 3.0: 295 kejadian
-
Gempa Magnitudo 3.0–4.9: 195 kejadian
-
Gempa Magnitudo ≥ 5.0: 44 kejadian
Kebanyakan gempa terjadi pada kedalaman < 60 km yang dikategorikan sebagai gempa dangkal, yang berpotensi dirasakan lebih kuat meskipun dengan magnitudo kecil. Gempa dangkal biasanya terkait dengan aktivitas sesar lokal atau patahan yang aktif di daratan maupun dasar laut.
BMKG juga mencatat bahwa wilayah paling aktif dalam periode tersebut adalah:
-
Sumatra Barat dan Aceh (zona subduksi Mentawai)
-
Maluku Utara dan Selatan (kompleks sesar lokal)
-
Papua Pegunungan Tengah (sesar aktif regional)
-
Sulawesi Tengah (zona Palu-Koro dan sesar Matano)
Gempa Signifikan: Getaran yang Terasa
Dari ratusan gempa tersebut, BMKG menyebut terdapat 20 kejadian gempa yang dirasakan oleh masyarakat, baik karena kedalaman dangkal, lokasi dekat permukiman, atau karena terjadi pada malam hari ketika warga dalam kondisi istirahat.
Salah satu gempa paling menonjol terjadi pada 31 Maret 2025, ketika gempa bermagnitudo 5.7 mengguncang kawasan Kepulauan Tanimbar, Maluku. Gempa tersebut cukup kuat untuk menyebabkan kerusakan ringan pada bangunan di daerah pesisir. Tidak ada korban jiwa dalam kejadian ini, namun warga sempat mengungsi ke lokasi yang lebih tinggi karena khawatir terjadi tsunami.
BMKG memastikan bahwa gempa tersebut tidak berpotensi tsunami, karena tidak disebabkan oleh mekanisme naik (thrust fault) yang biasanya menjadi penyebab gelombang laut tinggi.
Baca juga:Bikin Studio Game Susah, Bukan Cuma Finansial Tapi Mental
Kenapa Indonesia Sering Gempa?
Indonesia berada di persimpangan tiga lempeng utama dunia, yaitu Lempeng Indo-Australia, Eurasia, dan Pasifik. Pergerakan dan tumbukan antar-lempeng ini terus menerus menciptakan tekanan geologis yang dilepaskan dalam bentuk gempa bumi.
Sebagai contoh, zona subduksi di lepas pantai barat Sumatra—tempat Lempeng Indo-Australia menyelusup ke bawah Lempeng Eurasia—adalah salah satu zona gempa paling aktif di dunia. Pergerakan lempeng ini rata-rata 5–7 cm per tahun, yang berarti akumulasi energi dalam waktu satu dekade bisa cukup untuk menghasilkan gempa besar.
Selain itu, terdapat pula sesar aktif lokal seperti sesar Lembang (Jawa Barat), sesar Palu-Koro (Sulawesi Tengah), dan sesar Sorong (Papua Barat) yang berpotensi memicu gempa destruktif bila aktivitasnya meningkat.
Tindakan BMKG: Peringatan dan Edukasi
Dalam menghadapi tingginya aktivitas seismik ini, BMKG mengimbau masyarakat untuk tidak panik namun tetap waspada. Kepala Pusat Gempa dan Tsunami BMKG, Daryono, menyampaikan bahwa gempa bumi tidak bisa diprediksi secara pasti, namun bisa dimonitor secara intensif untuk mengetahui pola aktivitasnya.
BMKG terus memperkuat sistem monitoring melalui lebih dari 450 sensor seismik yang tersebar di seluruh Indonesia. Data dari sensor ini diproses secara real time dan disampaikan ke publik melalui aplikasi Info BMKG, media sosial, dan kanal resmi lainnya.
Selain itu, BMKG juga bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk memberikan pelatihan kesiapsiagaan gempa, termasuk simulasi evakuasi, pendidikan gempa di sekolah, serta pemetaan zona rawan.
Waspada, Bukan Panik: Apa yang Harus Dilakukan?
Bagi masyarakat yang tinggal di wilayah rawan gempa, memahami langkah-langkah mitigasi sangat penting. Berikut beberapa hal yang perlu dipersiapkan:
-
Kenali struktur rumah: Pastikan rumah dibangun tahan gempa atau setidaknya menggunakan struktur yang kuat dan aman.
-
Siapkan tas siaga: Berisi air, makanan ringan, obat-obatan, dokumen penting, senter, dan baterai cadangan.
-
Pahami jalur evakuasi: Terutama bagi yang tinggal di dekat pantai atau zona longsor.
-
Latih respons cepat: Seperti berlindung di bawah meja saat terjadi guncangan, menjauh dari kaca dan bangunan tinggi.
-
Pantau informasi dari sumber resmi: Hindari berita hoaks atau prediksi palsu dari media tidak terpercaya.
Potensi Tsunami dan Sistem Peringatan Dini
Dari total 534 gempa yang terjadi, BMKG menyebut tidak ada satu pun yang berpotensi tsunami dalam periode 27 Maret hingga 7 April.
Namun, mengingat sebagian wilayah Indonesia berhadapan langsung dengan laut lepas, potensi tsunami tetap menjadi perhatian.
BMKG telah mengembangkan sistem InaTEWS (Indonesia Tsunami Early Warning System) yang bekerja secara
otomatis memberi peringatan dalam waktu kurang dari lima menit setelah terjadi gempa signifikan. Sistem ini menggabungkan data dari seismograf, tide gauge, dan buoy laut dalam.
Meski demikian, BMKG mengingatkan bahwa sistem ini hanyalah alat bantu. Kesadaran masyarakat untuk segera evakuasi secara mandiri masih menjadi kunci utama penyelamatan.
Kesimpulan: Hidup di Negeri Cincin Api
Data 534 gempa dalam dua minggu menjadi pengingat bahwa Indonesia adalah negara dengan aktivitas seismik yang tinggi.
Fenomena ini tidak bisa dihindari, namun bisa diantisipasi melalui pemahaman, kesiapsiagaan, dan tindakan kolektif.
BMKG, bersama pemerintah daerah dan masyarakat, memiliki peran besar dalam menjaga keselamatan publik dari potensi bencana gempa bumi.
Pendidikan kebencanaan sejak dini, penguatan bangunan tahan gempa, serta sistem komunikasi darurat yang efisien harus terus diperkuat.
Sebagai masyarakat yang tinggal di negeri Cincin Api, kita semua harus belajar hidup berdampingan dengan alam, siaga setiap saat namun tetap tenang menghadapi risiko.
Post Comment