Loading Now

Kisah Cholis Kembali Berburu Pekerjaan di Usia 48

Kisah Cholis Kembali Berburu Pekerjaan di Usia 48

Di tengah kerasnya persaingan dunia kerja, kisah Cholis, seorang pria berusia 48 tahun, menjadi cerminan nyata tentang semangat pantang menyerah dan perjuangan hidup. Dalam usia yang tidak lagi muda, ia memutuskan untuk kembali turun ke jalan, mencari peluang pekerjaan demi kelangsungan hidup keluarganya. Perjalanan Cholis bukan hanya tentang mencari nafkah, tetapi juga tentang tekad dan martabat yang tak goyah oleh waktu.

Kisah Cholis Kembali Berburu Pekerjaan di Usia 48
Kisah Cholis Kembali Berburu Pekerjaan di Usia 48

Kisah Cholis Kembali Berburu Pekerjaan di Usia 48

Cholis memulai kariernya sebagai tukang las di sebuah bengkel kecil di kawasan Tangerang. Selama hampir 20 tahun, ia setia bekerja dengan upah pas-pasan namun cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Namun pada akhir 2022, tempatnya bekerja gulung tikar akibat dampak pandemi yang berkepanjangan. Sejak saat itu, ia menjadi pengangguran.

Selama berbulan-bulan, Cholis berusaha bertahan dengan pekerjaan serabutan. Ia sempat menjadi kuli angkut di pasar, tukang parkir, hingga membuka jasa perbaikan perabotan rumah tangga. Namun, penghasilannya tak menentu. Kondisi ini membuatnya harus kembali memutar otak dan hati—haruskah menyerah pada keadaan, atau bangkit kembali?


Tantangan Usia: Tak Lagi Dianggap Pasar Kerja

Di usia 48, Cholis menyadari bahwa mencari pekerjaan tidak semudah saat ia masih berusia 30-an. Mayoritas lowongan kerja mematok batas usia maksimal 35 atau 40 tahun. Padahal, semangat dan kemampuannya tidak kalah dengan generasi muda.

Ia mengaku beberapa kali ditolak mentah-mentah hanya karena faktor usia. Bahkan, saat melamar sebagai petugas kebersihan di sebuah pusat perbelanjaan, ia langsung disarankan untuk “mencari usaha sendiri saja.”

Meski berkali-kali ditolak, Cholis tidak menyimpan dendam. Baginya, itu adalah bagian dari proses. “Kalau saya berhenti mencoba, saya akan kalah. Tapi kalau saya terus jalan, siapa tahu ada yang membuka pintu,” ucapnya.

Baca juga:


Dukungan Keluarga yang Tak Pernah Pudar

Istri Cholis, Sumiati (46), menjadi salah satu sosok yang paling setia mendampingi dan menyemangatinya. Meski tidak bekerja secara formal, Sumiati membantu menambah penghasilan dengan membuat gorengan yang dijual ke tetangga. Anak-anak mereka yang masih sekolah pun ikut berhemat dan mengerti kondisi keluarga.

Menurut Sumiati, meski hidup penuh keterbatasan, ia bangga pada suaminya. “Dia nggak pernah malu, nggak pernah mengeluh. Selama masih bisa kerja, dia mau jalani apa pun,” kata Sumiati sambil menyeka air mata.

Keluarga kecil ini menjadi sumber semangat terbesar bagi Cholis. Setiap hari, ia bangun pagi, membawa map berisi fotokopi KTP dan surat lamaran, lalu berkeliling ke berbagai tempat di Jakarta dan Tangerang, berharap ada kesempatan yang datang.


Media Sosial Membuka Harapan Baru

Suatu hari, seorang netizen secara tidak sengaja memotret Cholis saat ia duduk di depan sebuah kantor sambil memegang tulisan “Saya Butuh Kerja.” Foto tersebut diunggah ke media sosial dan mendapat ribuan respon simpati. Banyak warganet tergerak membantu, termasuk menawarkan pekerjaan atau mengumpulkan donasi.

Salah satu perusahaan jasa keamanan akhirnya memanggil Cholis untuk wawancara. Meski belum final, hal ini menjadi titik terang dan membangkitkan harapan baru bagi dirinya dan keluarga.

Cholis pun menyampaikan terima kasihnya lewat video sederhana, mengungkapkan rasa syukur atas perhatian dan kebaikan orang-orang yang bahkan tidak ia kenal secara langsung.


Pelajaran dari Perjuangan Seorang Ayah

Kisah Cholis bukan hanya tentang perjuangan mencari pekerjaan, tetapi juga tentang harga diri seorang ayah yang tidak mau berpangku tangan. Dalam usia yang kerap dianggap “sudah lewat,” ia membuktikan bahwa kerja keras tidak mengenal waktu.

Banyak orang di sekitarnya yang merasa terinspirasi oleh semangat Cholis. Beberapa warga kompleks bahkan menyebut Cholis sebagai contoh “pejuang sejati” yang tidak malu untuk tetap berusaha dalam keterbatasan.

Sebagian orang mungkin menyerah pada keadaan, tapi Cholis memilih sebaliknya—ia melangkah walau lambat, tapi pasti. “Yang penting saya terus bergerak,” ujarnya lirih namun tegas.

Baca juga:Ukraina Adopsi Taktik Israel, Sasis Tank T-55 Dimodifikasi Menjadi BMP-55


Refleksi Sosial: Usia dan Diskriminasi Kerja

Cerita Cholis membuka mata publik tentang persoalan diskriminasi usia di dunia kerja. Banyak perusahaan masih belum memberi ruang bagi pekerja usia matang yang justru kerap memiliki loyalitas dan etos kerja tinggi.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat pengangguran terbuka untuk usia di atas 45 tahun masih cukup tinggi dan sebagian besar kesulitan mendapatkan kembali pekerjaan setelah terkena PHK. Hal ini menunjukkan perlunya regulasi dan pendekatan baru yang lebih inklusif terhadap usia kerja.

Cholis hanyalah satu dari sekian banyak orang yang mengalami hal serupa. Namun, melalui keberanian dan ketekunannya, ia mengangkat suara kelompok yang kerap terlupakan.


Harapan dan Masa Depan

Meski belum sepenuhnya bangkit secara finansial, Cholis kini sudah mendapat lebih banyak perhatian. Beberapa komunitas sosial telah menjalin kontak dengannya untuk memberikan pelatihan keterampilan dan akses informasi kerja.

Ia berharap, selain mendapatkan pekerjaan tetap, ia juga bisa suatu hari membuka usaha sendiri, seperti bengkel las atau jasa servis keliling. Bagi Cholis, pekerjaan bukan hanya soal uang, tetapi juga soal martabat dan kebermanfaatan.

“Kalau saya bisa kerja dan bantu orang lain, itu rezeki yang paling besar,” katanya sambil tersenyum.


Penutup: Semangat Tak Kenal Usia

Kisah Cholis adalah kisah ribuan orang di luar sana yang tidak menyerah pada keadaan meski usia tak lagi muda. Di balik wajah yang lelah, terdapat tekad yang luar biasa. Di tengah dunia yang serba cepat dan kompetitif, kisah seperti ini menjadi pengingat bahwa semangat dan kemauan tidak dibatasi oleh angka usia.

Cholis adalah simbol bahwa selama masih ada tenaga dan harapan, tak ada alasan untuk berhenti berjuang. Dan siapa tahu, di balik tiap langkah kecil, tersimpan perubahan besar yang akan datang esok hari.

Post Comment

saya bukan robot *Time limit exceeded. Please complete the captcha once again.